Jumat, 09 Desember 2011

"Mocopat" (Begitulah Orang Menyebutnya)

"Mocopat" begitulah orang - orang jawa "kuno" menyebutnya, bagi beberapa anak "muda "generasi modern sekarang mungkin cukup asing dan menanyakan bahasa apa dan apa itu "mocopat", begitulah kira-kira ilustrasi dalam benaknya dan walaupun dia mencari-cari dalam memori kehidupan kala ia di lahirkan saya pastikan tidak akan di ketemukan. Di era modern yang semuanya seakan harus berbau teknologi yang canggih cepat dan keren begitu anak muda sekarang menyebutnya, sehingga menyebabkan beberapa budaya asli bangsa yang dahulu pernah membudaya dan menjadi hiburan utama masyarakat kini telah bergeser, dan anehnya pergeserannya tidak membuat bangsa ini ribut layaknya pergeseran perbatasan antara indonesia dengan malaysia yang sempat heboh di media masa. Itulah lucunya, di saat budaya bangsa yang bergeser dan kalau boleh saya katakan "HILANG" dalam peredarannya, tak seorangpun para pemuka negeri ini menyikapinya lebih-lebih mengambil tindakan.

Sebuah potret yang menurut saya sebuah kerugian besar ketika budaya sendiri telah terlupakan dan meng-eluh-eluhkan budaya baru yang katanya "GAUL,,Meen" ternyata malah membuat permasalahan bangsa semakin pelik dan ruwet alias semarawut (begitulah orang jawa menyebutnya). Kembali lagi ke topik awal menganai "MOCOPAT" yang di awal pembahsan saya sebutkan, mocopat adalah salah satu budaya masyarakat jawa yang kini telah tiada lagi terdengar, ketika saya masih kecil kira-kira 15 tahun yang lalu menjadi kegiatan rutin mayarakat desa, hampir setiap satu minggu sekali terdengar lantunan "gending-gending" jawa dan beberapa "suluk-suluk" mengalun begitu merdunya seakan menembus kegelapan malam yang begitu sunyi. Gending-gending jawa adalah sebuah "lagu"(bahasa kerenya) yang di lantunkan dengan beberapa cara/metode tertentu yang kata bapak saya ada yang namanya pangkur, selendro, dan masih banyak lagi, maaf seingatku itu. Sedangkan "suluk" adalah berupa kata-kata yang biasanya di ucapkan oleh seorang dalang ketika menjelang pagelarang wayang kulit di mulai, begitulah kurang lebihnya mengenai "MOCOPAT" yang kini tidak pernah lagi saya jumpai.

Di bandingkan dengan pagelaran wayang kulit, kerepan sapi dan budaya-budaya seni lainnya budaya mocopat adalah budaya masyarakat jawa kuno "begitulah bapak saya menyebutnya" yang mungkin saja tidak banyak orang mengenal dan apa lagi mempelajarinya, karena tingkat kesulitannya dalam mempelajari alur nada-nadanya maupun memahami isi dan maksud dari buku yang di baca. Dan di tambah lagi ketidak tenaran dan kurang "gaul" sehingga tidak sedikit anak-anak muda yang mau mempelajarinya, sehingga ketika generasi tuanya meninggal maka semakin hari semakin berkurang  kemudian "Matilah" budaya itu seiring perkembangan jaman. Mocopat adalah contoh kecil dari potret budaya bangsa yang telah " HILANG DAN MATI" tergerus kemudian tergeser oleh kemajuan jaman serta derasnya arus globalisasi menambah serentetan budaya baru masuk kedalam budaya bermasyarakat dan berbangsa, negara yang dalam hal ini pemerintah seharusnya mampu dan dapat menyaringnya melalui lembaga-lembaga pendidikan yang ada entah itu di masukkan dalam kurikulumya ataupun menjadi kegiatan pembelajaran muatan lokal, tepi realitasnya pemerintah malah sibuk dengan bagi-bagi kekuasaan semata.
Ke tidak mampuan atau ada unsur kesengajaan dari oknum-oknum pemerintah dalam mengatasi permasalahan budaya dan seni khususnya, adalah sebuah wujud dari betapa lemahnya negri ini dan begitu tidak menghargai akan kekayaan budaya lokal bangsa sehingga ketika ia lari ketangan bangsa lain seakan kebakaran jenggot, satu hal yang dapat saya katakan mari bersama untuk membumikan serta menumbuhkan kembali budaya bangsa sendiri dan membanggakan budaya bangsa sendiri tanpa ada rasa risih atau alih-alih merasa tidak " Gaul " bila tidak bergaya kebarat-baratan. Karena membanggakan budaya bangsa sendiri adalah bentuk dari kecintaan akan karya dan karsa sendiri di atas segala-galanya. 

Untuk terakhirnya mari kita sebagai generasi penerus bangsa untuk tidak melupakan dan ogah-ogahan dalam menggali serta mencintai budaya bangsa sendiri salam budaya,,,,,,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar