Kamis, 01 Desember 2011

aku beri judul"CELOTEH" anak dusun

kehidupan yang berjalan tiada henti laksana mentari yang berputar mengelilingi alam raya layaknya bumi yang berputar berdasarkan poros dan rotasinya, namun serasa perjalanan kehidupan semakin cepat saja secepat waktu pagi berganti malam, dan siangpun semakin hilang tak terjamah oleh manusia karena sibuk oleh hiruk pikuknya dunia. Itulah kiranya gambaran perjalanan waktu pada era modern semua hal di tuntut untuk secepat mungkin, bahkan bayipun di lahirkan secepat kengiinan, namun kematian yang tidak di inginkan ternyata ikut serta dalam kecepatan akhir zaman. Taruhlah contoh sudah berapa ratus anak manusia yang meninggala akibat narkoba? sudah berapa ratus anak manusia meninggal akibat kecepatan transportasi?, kesemuanya itu adalah penyumbang kemtian yang hampir setiap hari bahkan detik terjadi di belahan bumi manapun.

Sebuah celotehan pengantar diatas cukup kiranya untuk menggamabarkan kehidupan pada zaman modern seperti saat ini, semuanya yang serba c anggih cepat dan tepat "mungkin" menuntut semua umat untuk lebih cepat dalam segala bidang tidak terkecuali komunikasi informasi siapa yang lebih cepat mendapatkannya maka ia yang akan mendapat peluang yang lebih dibandingkan mereka yang masih pada dunia manual. Taruhlah contoh kecanggihan teknologi seperti internet alias dunia maya membuat semua orang dapat berkomunikasi dengan siapapun dan dimanapun berada, namun dari pada itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dari kecepatan dan kecanggihan teknologi salah satunya adalah aspek moral yang kian hari semakin luntur di tamabah lagi budaya bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan kian memudar.

Moral..? berbicara moral seakan tabu pada kehidupan modern hampir semua orang membicarakan tentang bagaimana mendapatkan kapital materi yang banyak, politik, hal-hal yang menyangkut "pribadisme". Moral seakan hanya menjadi tanggung jawab lembaga pendidikan saja entah itu formal dan in formal. Sungguh tanggung jawab yang tak mudah untuk di ejawantahkan kedalam realitas kemasyarakatan apabila pendidikan masyarakat seakan acuh tak acuh terhadap moral masyarakatnya, di tambah lagi kehidupan keluarga yang hanya mementingkan materi semata pendidikan anak di pasrahkan ke lembaga pendidikan yang ada, namun parahnya lagi pendidikan yang ada tidak ubahnya tempat "membuat" boneka kehidupan tanpa ada kebebasan menentukan kehidupan mereka.

Bagaimanapun juga kita semua adalah produk dari pendidikan itu, sebagai seorang manusia biasa yang tiada memiliki kekuatan politik apalagi kekuasaan hanya bisa berbahasa dan bersuara meskipun sedikit lelah namun itulah yang dapat di perbuat, akhirnya aku sudahi celotehan ini semoga menjadi bahasan yang cukup menggelikan dengan aliran bahasan yang tiada arah yang pasti, inilah hasil dari pendidikan negri yang terus di dikte oleh negeri yang adi kuasa, sehingga negri layaknya boneka berwajah negara yang katanya berdaulat dan sejahtera walau banyak anak terlantar dimana-mana,,,,,.
salam kehidupan......






Tidak ada komentar:

Posting Komentar